1.Agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya dibidang agama, moral, dan hukum.
2.Menyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya.
3.Mengamalkan seluruh ajaran Islam dalam kehidupan sehari – hari.
Strategi Dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuannya:
A. Dakwah secara sembunyi – sembunyi selama 3 – 4 tahun
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah karena beliau yakin, bahwa
masyarakat jahiliah, masih kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi
leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam
mempertahankannya.
Pada masa dakwah secara sembunyi – sembunyi ini, Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, orang – orang yang berada dilingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dewkatnya.
Orang – Orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW:
1. Khadijah binti Khuwalid (Istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian)
2. Ali bin Abu Thalib (Saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, masuk islam pada umur 10 tahun)
3. Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H/625 M)
4. Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dari tahun 573 – 634 M)
5. Ummu Aiman (Pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil)
Berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat Islam).
Maka, Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati
dan disegani banyak orang,karena budi bahasanya yang halus, ilmu
pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani Rasulullah
SAW, yakni berdakwah secara sembunyi – sembunyi.
Usaha dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil, beberapa teman terdekatnya menyatakan diri masuk islam,diantaranya:
1. Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul amar: hamba milik amar. Karena
Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah
SAW menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT, yang Maha
Pengasih.
2. Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
3. Utsman bin Affan
4. Zubair bin Awam
5. Sa’ad Bin Abu Waqqas
6. Thalhah bin Ubaidillah
B. Dakwah secara terang – terangan
Dakwah secara terang – terangan dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang – terangan. Wahyu tersebut
berupa ayat :
Al – Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap – Tahap Dakwah Rasulullah SAW secara terang – terangan,antara lain:
a. Mengundang kaum kerabat keturunan Bani Hasyim, untuk menghadiri
jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya
hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum
menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari
kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakan keIslamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan
keIslamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib,
dan Zaid bin Haritsah.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama
yang berada dan bertempat tinggal disekitar Ka’bah untuk berkumpul di
Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dari Ka’bah.
Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar
segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala – berhala dan hanya
menyembah atau menghambakan diri kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,
Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Rasulullah SAW juga menegaskan,
jika peringatan yang disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih
ridha Ilahi, bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan
itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah SWT, sengsara di dunia dan
di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut diantara yang hadir ada
kelompok yang menolak disertai reiakan dan ejekan, ada kelompok yang
diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek, tetapi
berteriak – teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata:
“Celakalah engka Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”
Sebagai balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu Turunlah ayat Al-Qur’an
yang berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab , yakni surah
Al-Lahab, 111: 1-5
Pada periode dakwah secara terang – terangan ini juga telah
menyatakan diri masuk Islam dua orang kuar dari kalangan kaum kafir
Quraisy, yaitu:
1. Hamzah bin Abdul Muthalib (Paman Nabi Muhammad SAW) masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian
2. Ummar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian kaum muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
c. Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk diluar kota Mekah
Sejarah mencatat bahwa penduduk diluar kota Mekah yang masuk Islam, antara lain:
- Abu Zar Al-Ghiffari, seorang tokoh dari kaum Ghiffari, yang bertempat tinggal disebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyakatan diri dihadapan Rasulullah SAW masuk Islam. KeIslamannya itu kemudian diikuti oleh kaumnya.
- Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang bertempat tinggal diwilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam dihadapan Rasulullah SAW. KeIslamannya itu diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
- Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke Mekah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT, para penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam dihadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan
menemui Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya
mencapai 73 orang diantaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula
berziarah ke Mekah, orang – orang Yatsrib yang belum masuk Islam.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang
kemudian menyatakan diri masuk Islam dihadapan Rasulullah SAW.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang
ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan
Bai’atul Aqabah. Istilah Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan
umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah
SAW. Walaupun untuk itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan
jiwa. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para
pengikutnya berhijrah ke Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah
SAW menyuruh para sahabatnya yakni orang – orang Islam yang bertempat
tinggal di Mekah, Untuk segera berhijrah ke Yatsrib.
Para sahabat Nabi Muhammad SAW melaksanakan suruhan Rasulullah
tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara diam – diam dan sedikit
demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan sebanyak 150 orang umat
Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a, dan Ali bin
Abu Thalib masih tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari Allah
SWT untuk berhijrah. Setelah datang perintah dari Allah SWT, kemudian
Rasulullah berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a, meninggalkan
kota Mekah tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah
Rasulullah SAW ini terjadi pada bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrah
(622 M). Sedangkan Ali bin Abu Thalib, tidak ikut berhijrah bersama
Rasulullah SAW, karena beliau disuruh Rasulullah SAW untuk mengembalikan
barang – barang orang lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah
Rasulullah SAW itu dilaksanakan, kemudia Ali bin Abu Thalib menyusul
Rasulullaj SAW berhijrah ke Yatsrib.
0 komentar:
Post a Comment