KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan
kepada Allah Azzawajjalla yang telah memberikan kepada kita semua limpahan
karunia nikmat sehat wal afiat, terlebih nikmat iman dan islam. Karena kedua
nikmat inilah yang InsyaAllah mengantarkan kita semua kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat, amin yarabbal alamin.
Selanjutnya selawat beserta salam atas baginda Nabi
Besar Muhammad SAW, atas perjuangan beliau lah yang sampai saat ini kita dapat
merasakan indahnya cinta dan kasih sayang.
Adapun maksud dalam makalah yang kami susun ini adalah
supaya bisa memberikan konstribusi kepada khalayak ramai untuk bisa di terapkan
atau di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makalah kami ini kami
cantumkan ulasan tentang “Kasih Sayang dalam Pandangan Al hadis” yang
bisa di jadikan acuan dalam mengembangkan dan menguasai zaman yang akan dating.
Harapan kami semoga bisa bermanfaat bagi kami, kita dan
seluruh manusia.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Iman merupakan sebuah pondasi dalam kehidupan yang harus
dimiliki oleh setiap manusia, baik dia laki-laki ataupun perempuan, baik dia
orang hitam maupun orang putih. Dalam konsep keimana ada 6 penjabaran, yang
dimana, enam penjabaran tersebut merupakan bahan dalam mengokohkan sebuah iman.
Iman merupakan sebuah pembuktian dari sebuah rasa kasih dan sayang. Ketika iman
sudah kokoh dan menghadirkan sebuah kasih sayang maka di sana akan tumbuh
sebuah pengaktualan diri dalam bentuk ibadah. Ibadah dalam terminologi islam
adalah kepatuhan kepada Tuhan yang didorong oleh rasa kekaguman dan rasa
ketakutan. Jadi tahap paling awal ibadah adalah sebuah kasih dan sayang (cinta)
kepada Allag Swt yang di dorong rasa kekaguman dan ketakutan. Tetepi apabila
ibadah itu sudah berkembang kualitasnya, artinya ibadah bukan rasa kagum dan
rasa takut semata, ibadah memiliki beberapa muatan-muatan ibadah yang di anggap
berkualitas jika di dalamnya tercakup aspek kekaguman, keikhlasan, kepatuhan,
pengaharapan, dan sekaligus kecintaan. Kekaguman kepada Tuhan karena
kebesarannya, kenikmatan atau kekuasaannya; keikhlasan mendalam ; rasa
kepatuhan; ketakutan kepada Tuhan kalau sampai meninggalkan ibadah itu;
pengharapan akan ridhonya; dan kecintaan kepada Tuhan.
Terkadang orang menafsirkan kasih sayang hanya sebelah
mata, namun ketika kita membuka kedua mata kita secara bergiliran, dengan penuh
perasaan, maka disana kita akan menemukan, bahwa kasih sayang itu sangat luas.
Dan tak seorangpun dapat menggapainya, apalagin sampai memaknainya.
B.
Mamfaat
dan Tujuan
Menambah
wawasan tentang makna dari kasih dan sayang.
Dapat
memperkaya imajinatif supaya di kedepan harinya dapat memberikan konstribusi
bagi umat.
Kita dapat
mengetahui sisi baik dan sisi buruk dalam kasih sayang
Dan lain
sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasih
Sayang
وعن اْبى مس الا ثعرى رض الله عنه : ان
النبى ص. م قال : المراْ مع اْحب. (متفق
عليه)[1]
Dan dari abi musa al-as’ary,
semoga Allah SWT meridhoinya, seseungguhnya nabi Muhammad SAW telah bersabda :
Seseorang itu bersama orang yang ia cintai…
(Buhkari muslim)
Makna atau konsep hadis di atas
menerangkan bahwa kita akan bersama orang yang kita cintai, kasihi dan sayangi
di hari kiamat nanti. Kalau kita cinta kepada Rasulullah, tentu kita akan
bersama rasullullah di akhirat kelak. Jika kita cinta kepada seorang wanita,
maka tentu kita akan bersama wanita tersebut di akhir kelak.
Rasa kasih dan sayang ini merupakan
aplikasi dari sebuah cinta, kemudian akan melahirkan sebuah konsep keimanan dan
ketakwaan. Jika cinta itu di dasari oleh ketakwaan kita kepada Allah, maka akan
melahirakan sebuah cinta yang suci dan mendatangkan kebaikan bagi dunia dan
akhirat.
Dalam surah al hujarat ayat 15
menerangkan tentang orang – orang mukmin yang
berkualitas adalah orang-orang yang beriman kepada Tuhan dan Rasul-Nya,
kemudian – sebagai tindak lanjut dari imannya – mereka merasa terpanggil dan
tidak ragu-ragu melakukan perjuangan dengan harta maupun jiwanya demi
kepentingan agama Tuhan. Semua itu dilakukan karena imannya telah kokoh
tertanam di hatinya sehingga tanpa ada keraguan sedikitpun untuk melakukan
perjuangan di jalan Allah فسبيل الله dengan harta maupun jiwanya.
Konsep ini kembali di pertegas oleh
Hadis Rasulullah Saw : ada tiga hal, jika terdapat pada diri seseorang maka
orang itu akan menemukan kelezatan iman. Pertama, kata Nabi, orang-orang
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya pada selain keduannya. Kedua,
orang yang mencintai sesamanya (orang Islam) tanpa ada pamrih apa apa kecuali لله , karena Allah. Ketiga, orang yang membenci kalau ia kembali
pada kekafiran sebagaimana kebenciannya, ketidaksukaannya kalau dia dilemparkan
ke neraka[2].
Menurut penjelasan hadis diatas,
menunjukan bahwa iman membutuhkan pembuktian-pembuktian atau
manifestasi-manifestasi, ada yang dalam bentuk ibadah-ibadah yang dibakukan,
ada juga yang terbentuk dalam ibadah yang tak terbakukan. Yang semua itu
merupakan perwujudan dari sebuah kasih sayang seorang hamba kepada Tuhan-Nya.
Iman membutuhkan pembuktian atau
manifestasi. Iman adalah kesediaan untuk bersyukur, bersabar dan ridlo terhadap
keputusan Allah. Orang yang hanya mengatakan “saya beriman” dengan kata-kata
saja tetapi tidak ada pembuktian, baik dalam arti perilaku, pandangan hidup,
atau kebiasaan-kebiasaannyatidak mencerminkan keimanannya, berarti imannya
sangat lemah. Sebaliknya, orang akan bisa memberikan pembuktian-pembuktian iman
– yang di tandai dengan beribadah secara baik – kalau imannya juga baik.
Penerapan kasih dan sayang pertama kali dipopulerkan oleh baginda
Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Abu Bakar r.a. meriwayatkan dari seseorang
katanya: “Pada suatu hari dalam perjalanan untuk berperang di Hunain, saya
memakai sepatu kulit yang tebal. Saya berjalan dibelakang Rasulullah s.a.w.
Karena jalan sangat sempit tiba-tiba kaki Rasulullah s.a.w. tersandung oleh
sepatu saya dan terinjak dari belakang sehingga beliau kesakitan dan beliau
segera memukul perlahan saja sambil mendorong saya kebelakang dengan sebuah
pecut (cambuk) yang beliau pegang sambil bersabda: “Hai Fulan, engkau telah
menyakiti kakiku.” Beliau (Abdullah bin Abu Bakar r.a) mengatakan: “sepanjang
malam orang itu tidak bisa tidur karena dia merasa bersalah sudah menyakiti
kaki Rasulullah s.a.w, dia berulang-kali berpikir dan menyesali diri sendiri,
mengapa saya telah menyakiti Rasulullah s.a.w. Keesokan harinya pagi-pagi
sekali seorang datang mencarinya untuk berjumpa Rasulullah s.a.w. Katanya,
“saya dengan perasaan gemetar dan takut datang menghadap Rasulullah s.a.w.
Beliau bersabda kepada saya” “Hai Fulan! Kemarin engkau telah menginjak kakiku
dan engkau telah menyakiti aku. Tapi sebaliknya aku telah memukul sambil
mendorong engkau kebelakang dengan cambukku ini supaya kakiku terlepas dari
kaki engkau. Aku pukul engkau perlahan sambil mendorong engkau kebelakang
dengan cambukku ini, tentu aku telah menyakiti engkau. Oleh karena itu ambillah
dari aku 80 (delapan puluh) ekor domba sebagai balasan rasa sakit engkau karena
cambukku ini.
Tengoklah
bagaimana Rasulullah s.a.w Rahmatul-lil-Alamin telah berlaku terhadap seorang
hamba yang lemah itu. Beliau s.a.w sendiri merasakan sakit karena terinjak oleh
sepatu sahabat itu, dan untuk melepaskan kaki beliau dari bawah sepatu sahabat
yang telah menginjak itu beliau mendorongnya kebelakang dengan cambuk yang
beliau pegang. Sepanjang malam beliau s.a.w berpikir mengapa aku telah memukul
dan mendorong orang itu kebelakang dengan cambukku ini. Tentu ia merasa sakit
oleh cambukku ini, sedangkan beliau sendiri tidak memikirkan kesakitan yang
disebabkan terinjak oleh kaki sahabat itu. Bahkan beliau karena merasa malu
terhadap sahabat itu dan menyesal atas perlakuan beliau terhadapnya,sepanjang
malam beliau s.a.w tidak bisa tidur. Akhirnya dengan rahmat dan kasih
sayangnya, beliau s.a.w memberikan 80 ekor domba sebagai ganjaran atas
perlakuan beliau s.a.w terhadap sahabat itu.
Kemudian dalam sebuah peristiwa lain lagi, lihatlah bagaimana
perlakuan beliau s.a.w terhadap seseorang yang datang dari sebuah kampung yang
tidak tahu adab sama sekali, bahkan nampaknya orang itu tidak mau belajar
bagaimana berlaku adab terhadap seseorang. Bahkan orang itu sangat bangga atas
kebiasaan perlakuan kasarnya. Namun beliau s.a.w telah memperlakukannya dengan
ramah-tamah dan lemah lembut terhadapnya. Anas r.a. meriwayatkan, katanya, saya
sedang menyertai Rasulullah s.a.w. diwaktu itu Rasulullah s.a.w menutup leher
beliau dengan sehelai kain cadar yang pinggirannya tebal sekali. Ketika orang
kampung itu datang langsung menarik kain cadar itu dengan kuatnya sehingga
meninggalkan bekas goresan pada leher Rasulullah s.a.w. Lalu orang itu berkata:
“Hai Muhammad harta apapun yang ada yang telah Allah taala anugerahkan kepada
engkau letakanlah diatas kedua untaku ini. Karena engkau tidak akan memberi
kepadaku dari harta engkau sendiri ataupun dari harta orang tua engkau.
Mendengar kata-katanya itu mula-mula Rasulullah s.a.w diam saja tidak
menjawabnya. Kemudian beliau s.a.w bersabda :
"Harta itu memang kepunyaan Allah taala Aku hanyalah seorang
hamba-Nya. Setelah itu beliau bersabda: “ Engkau telah menyakiti aku. Engkau
harus memberi pembalasan sebagai ganjaran kepadaku.”Orang kampung itu menjawab:
“Tidak, aku tidak akan memberi apa-apa “Beliau bersabda: “Mengapa tidak?
Mengapa kamu tidak mau memberi?” Dia menjawab: Aku tahu engkau tidak akan
membalas keburukan dengan keburukan”. Mendengar jawabannya itu Nabi s.a.w
tersenyum, dan beliau s.a.w faham maksud perkataan orang itu. Lalu beliau
menyuruh sahabat beliau untuk meletakkan buah-buah kurma dan gandum (bahan
makanan) diatas punggung kedua unta orang kampung itu.
Sebenarnya orang kampung itu bukanlah orang dungu. Dia tahu betul
bagaimana kepribadian Rasulullah s.a.w yang dari ujung rambut sampai ujung kaki
beliau merupakan wujud rahmat, beliau pema’af, belas kasih dan penyayang bagi
makhluk Tuhan. Dia yakin apapun yang akan dia minta pasti akan dikabulkan oleh
Rasulullah s.a.w.
B. Aktualisasi
makna dari kasih dan sayang
وعن
اْبى هريرة رضي الله عنه عن النبى ص.م . قال سيعة يظلهم الله في ظله يوم ظل الاظله
: امام عا د ل, وشا ب نشاْ فى عبا دة الله عز وجل, ورجل قليه متعلق با لمسا جد,
ورجلان تحا با فى الله اجتمعا عليه وتفرقا عليه, ورجل دعته امراْة دات منصب وجمال,
فقال : انى اْخا ف الله, ورجل تصد ق بصد قة فاْخفاحا حتى لاتعلم شماله ماتنفق
يمينه, ورجل د كر الله خا ليا فقا ضت عيناة. (متفق عليه)[3]
Dari Abu Hurairah r.a, nabi pernah berabda : 7 macam
orang yang akan dinaungi oleh Allah pada Hari tiada naungan kecuali naungan-Nya
: Imam yang adil, pemuda yang selalu rajin beribadah kepada Allah, pemuda yang
selalu terkait kepada Masjid, 2 orang laki-laki yang selalu mencintai kepada
Allah bersatu karena Allah dan Berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang di panggil (untuk maksiat) oleh perempuan yang
mencintai kedudukan dan kecantikan, maka berkata laki-laki itu : Sesungguhnya
saya takut kepada Allah, seseorang laki-laki yang bersedekah dengan suatu
sedekah maka disembunyikan, sehingga tidak di ketahui oleh tangan kiri apa-apa
yang disedekahkan oleh tangan kiri ap-apa yang dia dedekahkan oleh tangan kanan,
dan seorang laik-laki yang mengingat Allah jika sunyi (sepi) maka keluarlah
airmatanya.
(Bukahi muslim)
Hadis diatas menjelaskan tentang, 7 orang yang akan
diberikan oleh Allah naungan atau pertolongan dihari kiamat nanti. Yang
pertama, Imam yang adil, imam yang tidak berat sebelah ,tidak memihak,
imam yang tidak dzalim kepada rakyatnya. pemuda yang selalu rajin beribadah
kepada Allah, pemuda yang di waktu mudanya di pergunakan untuk lebih dekat
dengan Allah, ia beribadah dengan tekun, dan ikhlas demi mengharap ridho dan
kasih sayang Allah. pemuda yang selalu terkait kepada Masjid,
subhanallah ust
ReplyDelete